twitter




PERBANDINGAN MOTIVASI ANAK USIA 9-12 DAN 13-17 TAHUN MENGIKUTI PERGURUAN SILAT PENCAK ORGANISASI RANTING KECAMATAN RENGEL KABUPATEN TUBAN


PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
AHMAD YOGA ADITYA WAHYU A.F
NIM : 11060474245


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
PRODI SI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
2015








PERBANDINGAN MOTIVASI ANAK USIA 9-12 DAN 13-17 TAHUN MENGIKUTI PERGURUAN SILAT PENCAK ORGANISASI RANTING KECAMATAN RENGEL KABUPATEN TUBAN

PROPOSAL PENELITIAN



Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan Kepelatihan Olahraga



Oleh :

AHMAD YOGA ADITYA WAHYU A.F

Nim : 11060474245



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

PRODI S-1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
2015








KATA PENGANTAR

     Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Perbandingan motivasi anak usia 9-12 dan 13-17 tahun mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi ranting kecamatan Rengel kabupaten Tuban “.

     Keikutsertaan anak pada suatu perguruan pencak silat tentunya tidak lepas dari suatu tujuan sehingga memunculkan motivasi seseorang untuk melakukan suatu hal, yaitu dengan mengikuti suatu perguruan pencak silat. Sedangkan dalam pemilihan suatu perguruan pencak silat yang akan diikuti oleh seseorang harus teliti dan melihat latar belakang dari perguruan pencak silat tersebut serta perilaku pelatihnya. Karena keikutsertaan seseorang dalam suatu perguruan pencak silat yang salah dapat berakibat merusak karakter serta perilaku seseorang. Hal tersebut patut untuk dipertimbangkan dalam memilih suatu perguruan pencak silat yang akan diikuti.


     Penyusunan proposal ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
  1. Prof. Dr. H Nurhasan, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
  2. Drs. Arif Bulqini, M.Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
  3. Dr Wijono, M.Pd selaku Kepala Laboratorium Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
  4. Fransisca Januarumi M.W., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan pada saat penyusunan proposal penelitian.
  5. Bapak dan ibu dosen di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.
  6. Teman-teman angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan penuh guna menyusun proposal penelitian ini.

     Penyusunan proposal skripsi ini jauh dari kata sempurna, karena itu diharapkan kritik, saran dan tanggapan yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan proposal penelitian ini.




Surabaya, 20 Mei 2015


Penulis




DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................... i
Halaman Pengesahan Revisi ............................... ii
Kata Pengantar .................................................... iii
Daftar Isi .............................................................. v


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

D. Batasan Penelitian ............................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi ........................................................................... 8

B. Anak dan Remaja ........................................................... 11

C. Pencak Organisasi .......................................................... 15


BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ............................ 19

B. Sumber Data dan Subjek Penelitian ................................ 20

C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 20

D. Instrumen Penelitian ....................................................... 20

E. Definisi Operasional ....................................................... 21

F. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 21

G. Teknik Analisis Data ...................................................... 23

H. Teknik Pemeriksaan keabsahan data ............................. 25

DAFTAR PUSTAKA................................................






LEMBAR PENGESAHAN REVISI



Usulan penelitian oleh   : A. YOGA ADITYA WAHYU A.F

NIM                            : 11060474245

Judul                            : Perbandingan Motivasi Anak Usia 9-12 dan 13-17 Tahun Mengikuti Perguruan Silat Pencak Organisasi Ranting Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban.

     Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada tanggal 7 Mei 2015.





Dewan Penguji,


1. Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO.                   (..................)
    NIP. 198109082006041001

2. Yonny Herdyanto, S.Pd., M.Kes                            (..................)
    NIP. 197706152003121002

3. Fransisca Januarumi M. W., S.Pd., M.Kes           (..................)
    NIP. 198001242003122003








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

     Beraneka ragam budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan kesenian. Salah satunya adalah seni beladiri pencak silat. Pencak silat merupakan salahsatu olahraga beladiri yang cukup populer di masyarakat. Pencak silat sendiri merupakan olahraga beladiri asli warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur dan salah satu bentuk beladiri tradisional yang berkembang dan banyak digemari di kalangan masyarakat. Dalam buku karangan Atok (1992) menyebutkan bahwa pencak silat merupakan beladiri yang mempunyai ciri umum mempergunakan seluruh bagian tubuh mulai dari kaki, tangan, jari-jari hingga kepala bahkan rambut untuk digunakan sebagai alat pembelaan diri. Pembelaan diri tersebut dapat berupa tangan kosong maupun dengan menggunakan senjata. Senjata yang dimaksud adalah benda apapun yang dapat digunakan untuk membela diri, tidak tertuju pada suatu senjata tertentu.

     Pencak silat sendiri merupakan salah satu seni beladiri yang sudah cukup tua usianya, tetapi hingga saat ini belum diketahui kapan dan siapa pendiri pastinya, biasanya sejarah perkembangan pencak silat selalu dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia.

     Perkembangan sejarah pencak silat pada zaman penjajahan, pencak silat dipelajari dengan baik oleh para punggawa kerajaan maupun para pejuang yang berperang melawan para penjajah untuk membela tanah air. Para pejuang mempelajari pencak silat dengan rahasia serta dengan cara sembunyi-sembunyi karena apabila diketahui oleh para penjajah akan dilarang. Para penjajah khawatir jika kemahiran pejuang dalam menguasai pencak silat akan digunakan untuk melawan mereka.

     Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahui oleh para penjajah bahkan sebagian menjadi perkumpulan rahasia, sehingga perguruan-perguruan pencak silat berhasil memupuk kekuatan yang siap untuk digunakan melawan para penjajah. Perguruan-perguruan pencak silat yang berbagai macam nama dan alirannya tersebut terus berkembang mencapai jumlah ratusan bahkan ribuan, baik yang tergabung pada IPSI maupun tidak sejak terbentuknya organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia pada tanggal 18 Mei 1948 tersebut.

     Dari perkembangannya yang memunculkan aliran perguruan pencak silat semakin beragam, memberikan banyak pilihan untuk masyarakat yang berminat mendalami beladiri asli warisan nenek moyang bangsa Indonesia tersebut.Dari berbagai macam perguruan-perguruan pencak silat tersebut salah satunya adalah perguruan pencak silat yang diberi nama Pencak Organisasi (PO), perguruan pencak silat tersebut didirikan di Lumajang tepatnya di provinsi Jawa Timur pada tanggal 27 Agustus 1927 oleh salah satu pahlawan bangsa yang bernama Imam Suja’i, beliau mendirikan perguruan silat Pencak Organisasisebagai gerakan yang menentang penjajahan hingga akhirnya beliau gugur di medan perang melawan penjajah sehingga di Lumajang terdapat nama jalan yang bernama Imam Suja’i sebagai tanda penghargaan perjuangan beliau.

     Perkembangan perguruan silat PO semakin berkembang dan memiliki anggota yang tersebar ke berbagai daerah pelosok nusantara hingga ke mancanegara. Salah satunya adalah masuk dan berkembangnya perguruan silat ini di kota pesisir utara pulau Jawa, tepatnya di kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

     Masuknya perguruan silat PO di kabupaten Tuban tidak lepas dari perjuangan seorang pendekar PO yang bernama Bapak Sukirno, beliau adalah seorang perantau asal kota Madiun yang mengamalkan ilmu beladirinya yang didapatkan dari PO dan membuka secara resmi perguruan silat tersebut pada tahun 1990 di kabupaten Tuban tepatnya di desa Rengel kecamatan Rengel. Dari perjuangan beliau yang sempat mengalami pasang surut siswa yang ikut serta akhirnya beliau mampu mengembangkan perguruan silat PO ini hingga sekarang mencapai 6 ranting di kabupaten Tuban. Beliau sekarang menjabat sebagai ketua dewan pendekar kabupaten Tuban sebagai satu-satunya pendekar sabuk hitam di PO Tuban.

     Hingga saat ini perguruan silat PO di Kabupaten Tuban banyak memiliki peran aktif dalam berbagai kegiatan positif, khususnya di daerah Kabupaten Tuban sendiri. Meskipun pada umumnya perguruan silat ini masih cukup asing menurut sebagian orang, tetapi perguruan silat ini cukup disegani di kabupaten Tuban khususnya karena prestasi-prestasi atletnya. Keikutsertaannya dalam bidang olahraga prestasi, pembentukan bibit atlet pencak silat yang berani bersaing dengan perguruan-perguruan pencak silat lain, serta keberhasilan atlet dari perguruan silat POyang tidak pernah absen mengisi kontingen Kabupaten Tuban diberbagai kategori dan kelas pada cabor pencak silat setiap kali mengikuti kejuaraan baik di tingkat daerah maupun provinsi.

     Dalam memilih perguruan pencak silat yang meliputi berbagai aliran di Indonesia seperti contoh perguruan silat PO sebagaimana telah dijelaskan di atas, tentunya harus dilandasi dengan pemilihan secara matang, baik dengan melihat latar belakang perguruan tersebut maupun dengan melihat perilaku pelatih perguruan pencak silat tersebut di masyarakat. Ditambah pemilihan aliran pencak silat yang salah justru dapat merusak karakter serta perilaku seorang anak. Misalnya, anak mengikuti perguruan silat tanpa melihat latar belakang perguruan silat yang diikuti, dapat mengakibatkan munculnya perilaku negatif di masyarakat misalnya, suka berkelahi, kurangnya sopan santun, dan lain-lain. Dari fenomena tersebut perlu di ketahui apa motivasi utama seorang anak mengikuti perguruan pencak silat.

     Motivasi sendiri merupakan sebuah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu (Latipah,2012). Motivasi memiliki peran penting dalam menentukan tujuan suatu individu, baik motivasi tersebut muncul dari dalam diri anak tersebut maupun pihak orang tua. Orang tua tentunya tidak ingin salah dalam menentukan keputusan yang berhubungan dengan masa depan anak. Tanpa terkecuali dalam memilih perguruan pencak silat sebagai bekal bela diri anak maupun prestasi anak dalam bidang olahraga.

     Masalah sosial yang sering terjadi ketika anak salah mengikuti suatu perguruan pencak silat, baik itu anak yang masih berusia dibawah 12 tahun maupun anak yang menginjak masa remaja hingga usia 17 tahun, salah satunya adalah meningkatnya tingkat kenakalan anak seperti tawuran antar pelajar, perkelahian sesama teman sebaya, hingga perkelahian antar perguruan pencak silat. Hal itu sudah pasti tidak pernah dikehendaki oleh orang tua anak maupun masyarakat umum.

     Keikutsertaan anak usia dibawah 12 tahun pada suatu perguruan pencak silat yang pada dasarnya adalah anak yang masih berusia dini biasanya cenderung atas dasar orang tua yang mengarahkan. Beda halnya dengan anak remaja yang berusia diatas 13 tahun yang ikut serta atas pengaruh lingkungan maupun teman sebaya. Hal tersebut terjadi karena pada usia remaja anak selalu ingin tahu tentang hal yang baru serta proses pencarian jati diri. Jika ditinjau dari sisi keikutsertaan anak dalam mengikuti suatu perguruan pencak silat, maka peran motivasi yang menunjang anak dalam memilih perguruan pencak silat patut untuk diteliti, khususnya dalam mengikuti perguruan silat PO ini yang pada dasarnya adalah perguruan pencak silat yang belum ckup banyak dikenal oleh masyarakat luas. Dari fenomena yang terjadi tersebut penulis mengidentifikasi sebuah masalah yang ada hingga tertarik untuk membuat pembahasan dan penelitian dimana pemilihan perguruan pencak silat yang salah tanpa didasari dengan melihat latar belakang perguruan silat itu sendiri maupun pelatih dapat berpengaruh besar pada pembentukan karakter dan perilaku anak, baik anak usia dini maupun usia remaja.

B. Rumusan Masalah

     Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Apa motivasi intrinsik dan ekstrinsik anak usia 9-12 tahun mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi?
  2. Apa motivasi intrinsik dan ekstrinsik anak usia 13-17 tahun mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi?

C. Tujuan penelitian

     Adapun tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mencari jawaban yang empiris sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas :
  1. Untuk mengetahui motivasi intrinsik dan ekstrinsik anak usia 9-12 tahun dalam mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi
  2. Untuk mengetahui motivasi intrinsik dan ekstrinsik anak usia 13-17 tahun dalam mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi
D. Batasan penelitian

     Untuk mengantisipasi pembahasan dalam penelitian yang melebar, penulis membatasi permasalahan terbatas pada motivasi anak usia 9-12 tahun dan 13-17 tahun mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi ranting kecamatan Rengel kabupaten Tuban.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

     Memberikan informasi tentang apa motivasi anak mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebelum terjun langsung di dunia olahraga di masa yang akan datang.

2. Bagi lembaga ( perguruan silat PO )

     Memberikan informasi pada pihak pengurus perguruan agar tetap berusaha menjaga kepercayaan orangtua siswa serta meningkatkan pelayanan dalam mendidik siswa yang telah diikutsertakan pada Perguruan silat Pencak Organisasi.

3. Bagi siswa dan orang tua

     Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha membentuk motivasi diri yang lebih tinggi dari sebelumnya.

4. Bagi lembaga kampus

     Sebagai sumbangan pikiran dan bahan kajian bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi

     Pada dasarnya seseorang dalam beraktivitas atau bertingkah laku selalu didasari oleh adanya motivasi, dari motivasi tersebut akan muncul suatu tindakan lebih untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh individu tersebut. Tingkat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas dari prilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar maupun perbuatan lainnya.

     Motif merupakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan (Nursalim, 2007). Sehingga motivasi erat kaitanya dengan perilaku seseorang dalam melakukan aktivitas.

     Dalam dunia pendidikan maupun olahraga, motivasi seringkali di diperbincangkan, karena motivasi erat kaitanya dengan psikologi seseorang. Motivasi atau biasa dikenal masyarakat sebagai motif merupakan sebuah perilaku psikologi seseorang yang menggambarkan karakter dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Banyak sekali orang menyebut dengan motif sebagai contoh motif seorang anak melakukan sesuatu. Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa motif atau motivasi adalah pendorong seseorang dalam melakukan hal yang diinginkan untuk mencapai suatu tujuan.

     Dalam dunia olahraga, motivasi merupakan salah satu konsep psikologi yang paling banyak digunakan. Robert N. Singer, seorang tokoh psikologi olahraga pernah membuat formula :

Performance = Learning + Motivation

     Dari formula diatas, Singer ingin menunjukkan betapa pentingnya peran motivasi dalam olahraga, sehingga dapat disimpulkan bahwa berlatih dan belajar saja tidak cukup tanpa adanya dorongan motivasi yang kuat (Maksum, 2008).

     Berdasarkan jenis dan alasanya motivasi dibagi menjadi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik.

1. Motivasi Intrinsik

     Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang. Yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa ada rangsangan dari luar, karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu (Nursalim, 2007).

     Motivasi ini relatif lebih kuat karena ia melakukan tindakannya atas dasar kemauan sendiri serta ia menikmati dan mendapat kepuasan dari setiap tingkah lakunya. meskipun mendapat dorongan ataupun hadiah dari luar, individu yang memiliki motivasi instrinsik relatif ulet dalam melakukan setiap aktivitasnya. Motivasi intrinsik timbul karena ada faktor yang mempengaruhinya, antara lain :

a. Kebutuhan (need)

     Kebutuhan baik secara fisiologis maupun psikologis mampu memunculkan dorongan (motivasi) seseorang untuk melakukan suatu aktifitas.

b. Harapan (expectancy)

     Kepuasan diri seseorang dalam pencapaian suatu tujuan merupakan suatu kepuasan diri. Dari adanya harapan untuk mencapai keberhasilan tersebut mampu memunculkan motivasi seseorang untuk melakukan suatu usaha dan tindakan.

c. Minat

     Minat merupakan rasa ketertarikan individu pada suatu hal dimana dari ketertarikan tersebut timbul rasa suka yang menghasilkan suatu keinginan tanpa ada yang menyuruh.

2. Motivasi Ekstrinsik

     Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi atau sebuah dorongan yang timbul pada diri seseorang karena adanya rangsangan dari luar diri individu tersebut. Faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain :

a. Lingkungan

     Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran penting dalam perubahan perilaku seseorang.

b. Imbalan

     Dengan adanya suatu imbalan, seseorang juga dapat termotivasi untuk melakukan suatu tindakan.

c. Dorongan keluarga

    Dorongan keluarga mampu memberikan rangsangan pada diri seseorang untuk termotivasi melakukan suatu tindakan.

     Motivasi tersebut tidak selalu memberikan dorongan yang menimbulkan hal-hal yang negatif, akan tetapi motivasi tetap dapat menjadi dorongan yang baik pada seseorang untuk dapat berusaha mencapai apa yang dia inginkan.

     Dari beberapa uraian tentang motivasi di atas dapat di simpulkan bahwa motivasi dalam hal ini adalah suatu perbuatan maupun pemikiran yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

     Motivasi seseorang dapat merangsang seseorang tersebut dalam melakukan suatu aktivitas. Motivasi seorang anak juga erat kaitanya dengan tujuan yang diinginkan oleh orang tersebut dalam mengikuti suatu kegiatan olahraga. Dalam olahraga pencak silat misalnya, motivasi yang erat kaitannya dengan tujuan seorang anak tentunya berperan sangat penting dalam keikutsertaan anak dalam pencak silat. Baik motivasi tersebut muncul karena adanya pengaruh yang datang dari luar maupun motivasi yang datang dari dalam diri sendiri. Motivasi yang datang dari luar bisa mencakup pengaruh dari lingkungan sekitar, sedangkan motivasi dalam diri anak sendiri bisa muncul misalnya adanya keinginan anak untuk berprestasi dalam bidang olahraga pencak silat.

     Tindakan seorang anak dalam mengikuti olahraga pencak silat tentunya memiliki suatu tujuan, oleh karena orang tua yang berperan penting dalam mendidik anak juga harus benar-benar ikut mengawasi anak dalam memilih perguruan pencak silat yang akan diikuti oleh anaknya.

B. Anak-anak dan Remaja

1. Anak-anak (Usia 9-12 tahun)

     Anak merupakan salah satu bagian dari suatu keluarga, anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau masih dalam proses petumbuhan maupun perkembangan. Anak juga merupakan keturunan kedua dimana kata anak merujuk pada lawan dari kata orang tua.

     Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi sampai saat anak matang secara seksual. Yaitu sekitar umur 2 tahun sampai umur 12 tahun, ada sebagian anak yang baru berumur 11 tahun yang sudah tidak termasuk anak-anak, tetapi ada juga yang sudah berumur 14 tahun masih termasuk masa anak-anak. Sehingga tidak dapat dipastikan hanya sekitar usia itu.

     Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yaitu awal masa kanak-kanak, sekitar umur 2-6 tahun, dan akhir masa kanak-kanak yaitu umur 6-12 tahun (Rumini, 2004).

     Sedangkan jika di tinjau dari periode perkembangan usia anak dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap anarkis, monarkis, dan dualistik.

a) Tahap anarkis (0-6 tahun) ditandai dengan kesadaran yang kacau atau sporadis (kadang ada kadang tidak). Mungkin muncul pulau-pulau kesadaran yang dari tiap-tiap pulau tersebut tidak saling bersambungan.

b) Tahap monarkis (6-8 tahun) ditandai dengan perkembangan ego, mulai dari fikiran verbal dan logika. Pada tahap ini anak memandang dirinya secara objektif, sehingga secara tidak sadar anak sering mengganggap dirinya sebagai orang ketiga.

c) Tahap dualistik (8-12 tahun) ditandai dengan pembagian ego menjadi dua, objektif dan subjektif. Pada tahap ini anak memandang dirinya sebagai orang pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.

     Tahap tersebut merupakan tahap dimana seseorang masih dalam masa anak dan pra remaja. Tahapan tersebut tidak memiliki batasan usia secara kaku karena tahapan tersebut berlangsung secara kontinum dan berangsur-angsur (Alwisol, 2009).

2. Remaja (Usia 13-17 Tahun)

     Istilah remaja digunakan untuk menyebutkan masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan masa dewasa dengan ditandai oleh perkembangan semua aspek dan fungsi tubuh baik dari segi fisik maupun psikis untuk memasuki usia dewasa (Rumini, 2004). Masa remaja merupakan masa peralihan karena di masa ini jika anak di golongkan sebgai anak-anak sudah tidak sesuai lagi, tetapi jika digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai. Sedangkan menurut Sarwono (2010), Tahap remaja merupakan tahap transisi antara masa anak-anak menuju ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun. Tahap ini merupakan tahap paling penting diantara tahap lainnya, karena pada akhir tahap ini seseorang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Walaupun tahap pencarian identitas tidak dimulai dan tidak berakhir di usia remaja, krisis antara identitas dengan kekacauan identitas mencapai puncaknya pada fase usia ini. ia berjuang untuk mandiri baik secara fisik maupun psikis dari orang tuanya

     Satu tanda dari remaja adalah munculnya reflektifitas, kecenderungan untuk berfikir tentang apa yang berkecamuk dalam diri sendiri serta mengkaji diri sendiri (Nur, 2004). Remaja mulai melihat lebih dekat pada diri mereka sendiri dan menetapkan diri mereka sendiri berbeda. Mereka mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara yang mereka pikirkan dan rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri sehingga mereka selalu mencari hal-hal baru yang mampu membuat dirinya merasakan suatu hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

     Sebagian orang menganggap remaja adalah kelompok individu yang mengalami perjalanan hidup yang biasa saja, karena akan menjadi orang dewasa yang wajar sesuai dengan kodratnya, maka tidak perlu dipermasalahkan. Akan tetapi pada masa ini yang justru seorang anak harus benar-benar mendapatkan perhatian lebih. Karena pada masa ini, sering ditemukan masalah-masalah seperti kenakalan remaja misalnya seperti tawuran yang menimbulkan keresahan pada masyarakat maupun keluarga anak itu sendiri. Fenomena tersebut terjadi karena pada masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sedang pada proses mencari jati dirinya. Akan tetapi pada masa remaja juga merupakan masa yang pas untuk mengembangkan potensi-potensi diri yang bermanfaat untuk mencetak prestasi. Sehingga di masa ini peran lingkungan sekitar sangat berpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku anak.

     Sesuai dengan masalah yang ada dimana perguruan pencak silat sangat berpengaruh terhadap karakter dan perkembangan anak remaja, maka jika dilihat dari sisi positifnya, dengan mengikuti suatu perguruan pencak silat anak mampu menumbuhkan kepercayaan diri, rasa tanggung jawab atas apa yang akan dilakukan, serta mampu mencapai suatu prestasi dibidang olahraga. Tetapi jika dilihat dari sisi negatifnya, misal seorang anak yang mengikuti suatu perguruan bela diri biasanya akan merasa bahwa dirinya mampu dan kuat yang melatar belakangi munculnya perkelahian. Sehingga dalam masa ini pemilihan perguruan bela diri sebagai bekal anak patut dipertimbangkan.

     Antara anak dan remaja membutuhkan pengawasan yang sama akan tetapi dengan cara yang berbeda, dimana anak merupakan seseorang yang berada dalam masa pertumbuhan yang masih membutuhkan tuntunan serta pengawasan secara langsung oleh orang tua, sedangkan remaja cenderung memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginannya lebih banyak daripada anak-anak meskipun remaja juga harus menerima pengawasan khusus dalam bersosialisasi untuk menghindari perilaku menyimpang atas rasa keingintahuan yang tinggi dari dalam dirinya.

C. Pencak Organisasi (PO)

1. Sejarah Pencak Organisasi (PO)

     Perguruan silat Pencak Organisasi (PO) merupakan salahsatu perguruan pencak silat yang berada di Indonesia. PO sendiri bediri di desa Tempeh kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur pada tanggal 27 Agustus 1927. Pendiri perguruan ini adalah seorang pahlawan pembela tanah air yang bernama Imam Suja’i. Beliau mendirikan perguruan pencak silat ini sebagai gerakan melawan penjajah pada masa itu.

     Sebelum mendirikan perguruan silat PO, beliau sempat bergabung dengan perguruan pencak silat Setia Hati. Setelah sekian lama bergabung beliau menciptakan suatu perguruan bela diri pencak silat yang diberi nama Pencak Organisasi (PO), sehingga gerakan-gerakan dalam jurus PO hampir mirip dengan SH tetapi tidak sama. Beliau telah memodifikasi dan mengembangkannya dengan pemikiran beliau.

     Dalam buku Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Perguruan (AD/ART), Pencak Organisasi merupakan perguruan pencak silat yang memiliki 4 aspek yaitu :

1) Aspek Bela diri

     Aspek ini merupakan aspek utama dalam perguruan pencak silat, yaitu bela diri yang bertujuan untuk menjaga diri dari tindakan yang tidak diinginkan.

2) Aspek Olahraga/Prestasi

     Selain bela diri, pencak silat juga merupakan suatu kegiatan mengolah tubuh untuk tercapainya suatu kebugaran. Aspek olahraga juga mencakup prestasi yang meliputi keikutsertaanya dalam even kejuaraan cabang olahraga pencak silat yang diselenggarakan, Baik dalam kategori tanding maupun seni.

3) Aspek seni.

     Aspek seni yang dimaksud adalah suatu keindahan dan nilai seni yang tercipta dari gerakan pencak silat tersebut.

4) Aspek Spiritual.

     Aspek spiritual dalam PO meliputi salahsatunya adalah tenaga dalam. Dalam diri seseorang memang terdapat dua tenaga yang saling menunjang yaitu tenaga luar dan tenaga dalam. tenaga dalam pada pencak organisasi meliputi sugesti, konsentrasi, pernafasan, keseimbangan, penghayatan, meditasi, dan doa.

     Anggota PO merupakan siswa yang berlatih dalam perguruan tersebut maupun yang telah dinyatakan lulus pada tingkatan-tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut disimbolkan dengan warna sabuk yang dipakai oleh anggota PO, Yaitu :

a. Calon anggota

     Calon anggota dalam pencak organisasi masih belum menggunakan sabuk atau biasa disebut “Polos” dan di tingkatan ini siswa baru belajar dasar-dasar gerakan PO.

b. Tingkat pertama menggunakan sabuk warna putih.

     Sabuk putih dalam merupakan anggota awal dalam perguruan pencak silat PO.

c. Tingkat kedua menggunakan sabuk warna hijau.

     Sabuk hijau adalah tingkatan kedua dalam PO dimana pada masa ini anggota dimatangkan baik dalam fisik, gerakan, maupun mental untuk mencapai tingkat warga. Tingkatan ini disebut dengan “Dinamis”.

d. Tingkat ketiga menggunakan sabuk warna kuning.

     Sabuk kuning merupakan tingkatan dimana anggotaPO diangkat menjadi anggota keluarga diperguruan yang sah. Pada tingkatan ini biasa disebut sebagai “warga/mutu”.

e. Tingkat keempat menggunakan sabuk warna merah.

     Sabuk merah merupakan tingkatan ke empat dalam PO dimana pada tingkat ini adalah tingkat lanjutan setelah anggota di angkat sebagai warga yang sah. Tingkat ini biasa disebut “Pendekar Muda”.

f. Tingkat kelima menggunakan sabuk warna coklat.

     Sabuk coklat adalah tingkatan tertinggi kedua sebelum menjadi pendekar utama dalam PO. Tingkat ini disebut sebagai “Pendekar Madya”.

g. Tingkat keenam menggunakan sabuk berwarna hitam.

     Sabuk hitam adalah tingkatan tertinggi dalam Pencak Organisasi. Sabuk hitam biasa disebut dengan “Pendekar tua/utama”.

2. Keikutsertaan Pencak Organisasi dalam bidang olahraga prestasi.

     Selain aktif dalam menjaga budaya peninggalan nenek moyang yang berupa pencak silat, perguruan silat PO juga ikut berperan aktif dalam prestasi di bidang olahraga. Hal tersebut dapat dilihat dari keikutsertaan atlet dari PO baik dalam kejuaraan kategori tanding maupun seni diberbagai kejuaraan pencak silat. Bahkan tidak sedikit atlet dari PO yang mampu menjuarai even-even pencak silat baik tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun di kancah Internasional.

     Pembinaan atlet di PO dimulai dari usia dini hingga dewasa, hal tersebut bertujuan agar PO ikut serta dalam mencetak bibit-bibit atlet handal yang diharapkan mampu membawa nama baik bangsa dan perguruan sendiri khususnya di ajang Internasional.





BAB III
METODE PENELITIAN

     Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui perbandingan motivasi yang dimiliki anak Usia 9-12 dan Usia 13-17 tahun dalam mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi di ranting kecamatan Rengel. Dari uraian di atas maka pada bab ini disajikan tentang pembahasan penelitian yang terdiri dari metode penelitian.


A. Pendekatan dan Rancangan penelitian

     Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena, atau peristiwa tertentu (Maksum, 2012). Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di mana data yang dihasilkan bukan berupa angka.

     Sedangkan rancangan penelitian merupakan gambaran prosedur sebelum melakukan penelitian. langkah-langkah penelitian ini di awali dengan Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian diantaranya :

  1. Melakukan studi pendahuluan ke lokasi tempat objek penelitian.
  2. Mengajukan proposal penelitian yang sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan ketua jurusan.
  3. Meminta surat permohonan ijin penelitian dari fakultas.
  4. Meminta ijin kepada pengurus perguruan silat Pencak Organisasi di kabupaten tuban untuk melakukan penelitian dan pengambilan data.
  5. Melakukan penelitian ditempat yang sudah di tentukan.
  6. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk pembahasan dan menentukan kesimpulan.


B. Sumber Data dan Subyek Penelitian

     Sumber data dari penelitian ini berasal dari informasi yang terseleksi sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang dimiliki. Informasi tersebut hanya berasal dari siswa perguruan Pencak Organisasi usia 9-12 dan 13-17 tahun yang mengikuti latihan di ranting kecamatan Rengel.

     Sedangkan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa PO ranting kecamatan Rengel yang masuk dalam kriteria usia 9 tahun sampai 17 tahun

C. Waktu dan Penelitian

     Penelitian ini dilaksanakan di tempat latihan Pencak Organisasi di kecamatan Rengel di mana sumber data adalah siswa usia 9-12 dan 13-17. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitiannya menyesuaikan jadwal latihan siswa .

D. Instrumen Penelitian

     Dalam hal ini untuk mempermudah proses pengambilan data mengenai motivasi anak mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  1. Angket pertanyaan sebagai bahan interviu
  2. Alat perekam
  3. Dokumentasi (foto/video)
  4. Alat tulis

E. Definisi Operasional

     Pengoperasian proses penelitian yang akan berlangsung adalah sebagai berikut :

  1. Permohonan ijin kepada pelatih untuk melakukan interviu kepada subjek penelitian.
  2. Menjelaskan tujuan dari kegiatan interviu kepada siswa agar siswa bersedia memberikan data yang valid.
  3. Proses interviu dengan cara tertutup per individu untuk meminimalisir terjadinya persamaan jawaban yang diakibatkan karena mencontoh jawaban siswa yang di interviu sebelumnya.
  4. Proses interviu dilaksanakan setelah latihan berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

     Mengumpulkan data penelitian merupakan hal penting, kegiatan ini merupakan bentuk nyata proses bertemunya peneliti dengan subjek penelitian secara langsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan antara lain :

1) Wawancara (interviu)

     Wawancara adalah percakapan tertentu antara pewawancara sebagai orang yang bertanya dengan responden sebagai penjawab pertanyaan untuk memperoleh suatu hasil dari yang di tanyakan oleh pewawancara (Moleong, 2011). Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mencari informasi tentang suatu variable latar belakang, motivasi dan sikap terhadap sesuatu.

      Prosedur dalam pelaksanaan wawancara adalah sebagai berikut :

a. Peneliti memberitahukan serta menghubungi pihak yang bersangkutan dan menjelaskan maksud serta tujuan dari pengumpulan data yang berhubungan dengan motivasi anak mengikuti perguruan silat Pencak Organisasi di kecamatan Rengel.
b. Peneliti menyusun kerangka garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara, agar tujuan dari wawancara dapat terlaksana secara menyeluruh.

2) Observasi

     Observasi sering diartikan sebagai suatu aktivitas memperhatikan dan mengamati terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh panca indera.

     Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi :

a. Observasi non-sistematis, merupakan observasi yang dilakukan oleh pengamat tanpa menggunakan instrument pengamatan.
b. Observasi sistematis, merupakan observasi dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.

3) Dokumentasi

     Dokumentasi, berasal dari kata dokumen yang berarti barang tulisan. Dalam metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, gambar, catatan dan sebagainya. Langkah-langkah pengamatan sebagai berikut :

a) Melanjutkan permohonan ijin penelitian yang diajukan peneliti kepada pihak pengurus perguruan silat Pencak Organisasi kecamatan Rengel.
b) Menyediakan alat dan fasilitas yang meliputi alat perekam, alat tulis, serta dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

     Teknik analisis data merupakan peranan yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Karena data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil wawancara akan dianalisis.

     Proses analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dengan wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, video, rekaman suara dan sebagainya (Moleong, 2011).

     Semua data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu mendiskripsikan dalam bentuk narasi yang disertai dengan interprestasi data. Sehingga diharapkan permasalahan yang diteliti dapat terjawab.

     Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pencatatan

     Kegiatan pencatatan ini dilaksanakan setelah melakukan pengamatan atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Artinya dalam melakukan obervasi peneliti tidak hanya mengamati dan memperhatikan tetapi juga mencatat hal-hal yang telah dilihat atau diamati. Dikhawatirkan jika tidak dicatat nantinya akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan sewaktu-waktu. Sehingga menyebabkan keterangan yang diberikan tidak jelas.

     Pencatatan juga dilakukan ketika peneliti melakukan wawancara dengan responden. Yaitu dengan mencatat kejadian-kejadian yang berlangsung selama proses pengumpulan data yang meliputi sikap, perilaku, serta jawaban dari pertanyaan yang di tanyakan kepada responden. Kemudian hasil dari wawancara tersebut dituangkan kedalam tulisan yang mendiskripsikan dari proses wawancara untuk mempermudah dalam tahapan alisis data.

2) Pengelompokan data

     Berdasarkan dari data observasi, wawancara, dan dokumentasi tersebut, data-data yang sudah didapat dikelompokkan berdasarkan rumusan masalahnya dalam menguraikan analisisnya

3) Penganalisisan data

     Penganalisisan data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Dalam hal ini adalah mengatur, mengurut, dan mengelompokkan data. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan lainya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik diskriptif atau menarasikan data hasil wawancara.

H. Teknik Pemeriksaan keabsahan data

     Keabsahan data merupakan konsep penting dalam suatu penelitian untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan criteria kredibilitas ( derajat kepercayaan). Sedangkan pemeriksaan datanya dilakukan dengan teknik triangulasi data.

     Kriteria derajat kepercayaan berfungsi untuk melaksanakan inkuri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, serta mempetunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2011).

     Teknik triangulasi data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, patton dalam (Moleong 2011). Hal tersebut dapat dicapai dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.




DAFTAR PUSTAKA

     Alwisol. 2009. Psokologi Kepribadian. Malang : UMM Press

     Depdiknas, 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama

     Iskandar, M.Atok, dkk. 1992. Pencak Silat. Jakarta:Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.

     Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan.Yogyakarta :PT. Pustaka Madani.

     Maksum, A. 2008. Psikologi Olahraga. Surabaya : Unesa University Press.

     Maksum, A. 2012. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya :Unesa University Press.

     Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

     Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

     Nur, Muhammad. 2004. Perkembangan Selama Anak-anak dan Remaja (edisi 2). Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

     Nursalim, Mochammad, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press.

     Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.

     Sarwono, Sarlito W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

     Tim Penyusun. 2006. Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Pencak Organisasi. Surabaya. Tim Pencak Organisasi.

     Tim Penyusun. 2014. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.










*Lampiran :

Daftar Pertanyaan Wawancara Atlet

1.      Apakah anda menggemari olahraga pencak silat?
2.      Dari siapakah anda mengetahui adanya latihan perguruan pencak organisasi?
3.      Apakah anda selalu hadir di setiap jadwal latihan?
4.      Apa motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri) yang mendorong anda untuk mengikuti perguruan PO ini?
5.      Apakah pelatih anda memberikan masukan tentang bagaimana sifat anda setelah mengikuti perguruan PO ini? Apa saja misalnya?
6.      Apakah yang menjadi harapan dan keinginan anda setelah mengikuti perguruan PO ini?
7.      Adakah harapan anda sebagai siswa terhadap kegiatan latihan di PO  ini misalnya, sarana-prasarana, program latihan, serta kemampuan pelatih saat ini. Apakah semua itu sudah memenuhi syarat untuk menjadi tempat latihan PO?
8.      Apa motivasi ekstrinsik (motivasi dari luar) untuk mengikuti PO ini?
9.      Apakah anda mengerti sejarah berdirinya Perguruan PO ini?
10.  Apakah orang tua anda selalu memberikan masukan untuk kemajuan latihan anda?
11.  Apakah orang tua anda memfasilitasi anda dalam mengikuti perguruan ini?
12.  Apa yang membuat anda tertarik untuk mengikuti perguruan PO ini, adakah motivasi dari diri sendiri ataukah dari orang tua?
13.  Apa tujuan anda mengikuti perguruan PO ini?
14.  Apakah lingkungan kamu banyak terdapat teman atau keluarga yang mengikuti PO?

Daftar Pertanyaan Untuk Pelatih

1.      Apakah anda menyukai pencak silat?
2.      Sejak kapan anda merlatih pencak silat?
3.      Pakah siswa anda berlatih dengan sungguh-sungguh?
4.      Apakah anda memberikan evaluasi setelah latihan selesai?
5.      Apakah anda cukup menguasai program latihan yang anda berikan?
6.      Apakah anda tahu apa motivasi siswa anda berlatih pencak silat di perguruan PO ini?
7.      Pernahkah orang tua siswa menanyakan perkembangan anaknya?
8.      Apakah orang tua siswa mengantarkan anaknya ketempat berlatih?
9.      Apakah sarana dan prasarana dalam latihan sudah mendukung?

10.  Apakah anda sudah berkompeten dalam melatih di perguruan silat ini?